Senin, 30 Mei 2011

Praktikum Teknologi Panen dan Pasca Panen (HPT)


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar  Belakang
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang.
Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi.
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada praktikum, komoditas pasca penen yang diamati adalah beras, kopi, kacang tolo, kacang hijau, dan kedelai. Hama gudang yang ditemukan pada komodits tersebut adalah Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp. Pada beras, ditemukan Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo ditemukan Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang hijau ditemukan Tribolium castaneum.
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama Sitophilus oryzae bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya.Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama
I.2 Tujuan
Mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang pada bahan-bahan simpanan di gudang dan mengetahui ciri-ciri morfologi serta gejala serangan yang ditimbulkannya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama gudamg mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangant berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh factor luar yang terbatas pula.
Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi.
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu  dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam system sudah memperlihatkan sifatnya (Toekidjo, 1996).
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera, misalnya Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll. Pada praktikum, komoditas pasca penen yang diamati adalah beras, kopi, kacang tolo, kacang hijau, dan kedelai. Hama gudang yang ditemukan pada komodits tersebut adalah Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp. Pada beras, ditemukan Tribolium castaneum dan Sitophilus oryzae, pada komoditas kedelai ditemukan Tribolium castaneum, pada kopi ditemukan Callocobruchus spp, pada kacang tolo ditemukan Sitophilus oryzae dan Callocobruchus spp, dan pada komoditas kacang hijau ditemukan Tribolium castaneum (Anggara, 2007).
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang.
Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Kartasapoetra, 1987).
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama Sitophilus oryzae bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya.Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa.
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Bennett, 2003).
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Anugeraheni, 2002).
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat (Dewi, 2007), selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti pestisida nabati atau biopestisida (Maryam dan Mulyana, 2009).
Ekstrak biji dan daun nimba (Azadirachta indica L) terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol (Osorio, 2002). Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok tripenoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin. Mimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual (Rukmana dan Yuniarsih, 2003).
Hasil penelitian terdahulu telah ditemukan adanya senyawa yang berkhasiat sebagai insektisida dalam biji tumbuhan familia Annonaceae. Senyawa yang berkhasiat paling kuat ditemukan dalam biji Annona muricata. Juga telah dibuktikan bahwa yang berkhasiat sebagai insektisida adalah suatu gliserida yang sifatnya mirip resin. Bagian tanaman sirsak (Annona muricata) yang dimanfaatkan untuk insektisida nabati adalah biji dan daun. Dalam biji dan daun sirsak terdapat senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel (Retnowati,1999).
Kerusakan yang diakibatkan oleh hama S. oryzae dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981).



III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum ini dilaksankan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember Pada tanggal 22 November 2010

3.2 Bahan dan Alat
1. Biji kedelai 600 gram yang terserang hama
2. Toples plastik
3. Kain Kasa
4. Timbangan

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan
2. Menimbang kedelai menjadi 3 Ulangan @200 gram
3. Mengisi bahan (Kedelai) yang telah disiapkan kedalam toples Setelah itu menutup
    toples dengan menggunakan kain kasa.
4.Melakukan pengamatan setiap seminggu sekali selama empat kali dengan cara
   menimbang bahan-bahan dan mengamati perubahan berat bahan-bahan tersebut.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
- Beras Preventif
Ulangan/Hama
Minggu ke-
1
2
3
4
1.      Sitophilus oryzae
2.      Sitophilus oryzae
3.      Sitophilus oryzae
Jumlah
0
0
0
0

- Beras Kuratif
Ulangan/Hama
Minggu ke-
1
2
3
4
1.      Sitophilus oryzae
2
2
4
4
2.      Sitophilus oryzae
1
2
2
3
3.      Sitophilus oryzae
1
1
3
3
Jumlah
4
5
9
10

3.2 Pembahasan
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa beras dengan perlakuan preventif, yaitu dijemur memiliki tingkat ketahanan terhadap hama yangcukup terbukti dengan tidak adanya satupun hama pada 3 ulangan yang ada. Hal ini membuktikan bagaimana efektifnya tindakan preventif untuk menekan pertumbuhan hama gudang Sitophilus oryzae. Tinadakan preventif, dalam hal ini penjemuran(pengeringan) bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan telur dari hama yang mungkin ada untuk menetas. Dalam praktikum ini, ada 3 ulangan dan semuanya tidak terdapat hama.
Dalam penjemuran, yang harus dilakukan adalah memperhatikan kadar air dari beras, dan kebersihan tempat penjemuran, penyimpanan, serta pengepakan jika nantinya akan dipasarkan. Pada 3 ulangan tersebut, kemasan yang digunakan untuk menyimpan beras cukup bersih dan terhindar dari kemungkinan adanya hama.
Kerusakan yang ada selama praktikum ini sangatlah kecil, karena tidak adanya aktivitas dari hama yang memakan beras. Kerusakan yang ada dapat disebabkan penjemuran yang dilakukan terlau lama, sehingga kadar air dalam biji sangat sedikit sehingga mengakibatkan biji mudah pecah. Dengan kerusakan yang sangat kecil, maka berat dari beras pada 3 ulangan tidak mengalami pengurangan.
Sedangkan pada perlakuan kuratif, ditemukan hama Sitophilus oryzae. Pada minggu ke-1 ulangan 1, ditemukan 2 hama dengan presentase kerusakan 10%. Ulangan ke-2 ditemukan 1 hama dengan presentase kerusakan 10%. Ulangan 3 ditemukan 1 hama dengan presentase kerusakan 10%. Di minggu ke-2, ulangan 1 terdapat 2 hama dengan presentase kerusakan 10%, pada ulangan 2 terdapat 2 hama dengan presentase kerusakan 15%, pada ulangan 3 terdapat 1 hama dengan presentase kerusakan 10%. Pada minggu ke-3, pada ulangan 1 terdapat 4 hama dengan presentase kerusakan 20%, pada ulangan 2 terdapat 2 hama dengan presentase kerusakan 10%, pada ulangan 3 terdapat 3 hama dengan presentase kerusakan 15%. Pada minggu ke-4, pada ulangan 1 terdapat 4 hama dengan presentase kerusakan 25%, pada ulangan 2 terdapat 3 hama dengan presentase kerusakan 20%, dan pada ulngan 3 terdapat 3 hama dengan presentase kerusakan 20%. Dengan data dan perbandingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam praktikum ini, perlakuan preventif dengan penjemuran terbukti lebih efektif dalam menekan pertumbuhan ham, dalam hal ini Sitophilus oryzae, dibandingakan perlakuan kuratif. Karena pencegahan sebelum terjadi serangan adalah cara yang terbaik untuk menghindari kerugian akibat hama gudang jika dibandingkan dengan kuratif yang hanya mengandalkan pengendalian setelah adanya serangan atau telah terjadi kerusakan akibat hama yang mempengaruhi kualitas beras secara fisik dan kuantitasnya.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1.      Tindakan preventif dengan penjemuran merupakan salah satu upaya untuk menekan kerusakan akibat hama Sitophilus oryzae.
2.      Kerusakan yang ada pada tiap ulangan sangat kecil, dan bukan karena pengaruh dari hama tapi dari umur simpan beras.
3.      Tindakan preventif pada beras, dapat dilakukan dengan penjemuran, penurunan suh, atau pemakaian kemasan kedap udara.
4.      Kerusakan yang terjadi pada biji dapat disebabkan terlalu kering biji sehingga mudah pecah.

4.2 Saran
Sebaiknya dalam pengamatan, bahan yang digunakan sesuai dengan perlakuannya, yang preventif haru dijemur dahulu, dan yang kuratif diusahakan sudah ada hama atau gejala kerusakannya agar praktikum bisa berjalan lebih lancar.


DAFTAR PUSTAKA


 Anugeraheni, D. P dan R. Brotodjojo, 2002. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji Nimba (Annona squamosa L.) terhadap Mortalitas Hama Bubuk Beras (Sitophilus oryzae L.). Jurnal Agrivet Vol. 4 No. 2. Fakultas Pertanian UPN, Yogyakarta h 75-76.

Anggara, A.W. 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. PUSLITBANGTAN, Jawa Barat. h. 14-20.

 Bennett, Stuart M. 2003. Life Cycle Sitophilus spp. and Life Cycle Tribolium spp. U.S. Department of Agriculture, Cooperative Extension Service, University of Florida, IFAS, Florida.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Lan. P.T Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 498-499; 424-423 p.

Kartasaputra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta. Jakarta.

Maryam dan T. Mulyana, 2009. Insektisida Botani Pasti Ramah Lingkungan. Diunduh dari http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr251034.pdf (3 November 2009).

Toekidjo, Martoredjo. 1996. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Retnowati, E, 1999. Isolasi dan karakterisasi zat aktif dalam biji Annona muricata sebagai senyawa insektisida. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. h.50-51.

Rukmana, R dan Y. Yuniarsih, 2003. Nimba, Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar