Senin, 30 Mei 2011

Praktikum TPPP (buah)


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prospek pemasaran buah apel cerah, Menurut data pada Biro Pusat Statistik tahun 2001, tentang impor buah apel yang mencapai 124.000 ton, yang terutama berasal dari Selandia Baru dan Amarika Serikat. Salah satu kendala di dalam budidaya apel adalah adanya penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides Penz. (Semangun, 1991), yang terutama muncul pada periode pascapanen meskipun serangan sudah dimulai sejak di lapangan atau periode prapanen (Moline, 1993 dalam Martoredjo et al., 1997).
Serangan utama patogen penyakit antraknosa adalah bagian tanaman apel yang bernilai ekonomis yaitu pada buah apel. Penyakit ini berakibat sangat menurunkan kualitas buah apel, sehingga perlu diperhatikan cara pengendaliannya. Alternatif pengendalian adalah dengan memanfaatkan mikroba yang ada di permukaan tanaman, baik itu pada permukaan daun maupun permukaan buah. Indratmi (2001) bahwa mikroba yang berasal dari permukaan daun ataupun buah dapat menghindarkan infeksi patogen yang distimulasi oleh nutrien yang berasal dari permukaan daun dan buah. Striling, et al., (1999 dalam Yuliyatin, 2004) menunjukkan bahwa mikrobia pada permukaan daun yang terdiri dari jamur, khamir, dan bakteri memberikan penekanan alami terhadap Colletotrichum gloeosporioides pada buah apel. McLaughlin et al. (1990), Candida sp. dan khamir merah Sporobolomyces reseus memberikan hasil yang baik sebagai agensi biokontrol Botrytis cyneria dan Penicillium expansum patogen penyebab busuk buah pada apel. Indratmi (2000) menunjukkan bahwa khamir fruktoplan lebih potensial dikembangkan sebagai agensia pengendali hayati terhadap Colletotrichum gloeosporioides dari pada inokulum jamur.
Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui patogen penyebab penyakit antraknosa pada apel dan mengetahui daya hambat dari isolat khamir terhadap pertumbuhan patogen penyebab penyakit antraknosa pada apel di laboratorium.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pertanian dan Laboratorium Pusat Pengembangan Bioteknologi (PUSBAG-BIOTEK) Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan Juni sampai dengan bulan Desember 2004. Metode Penelitian dilakukan dilaboratorium dengan dua pengujian. Pengujian yang pertama adalah uji daya antagonis khamir terhadap patogen antraknosa pada media agar dan pengujian yang kedua adalah uji potensi khamir terhadap jamur patogen pada buah. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) sederhana dengan 4 perlakuan diulang 5 kali untuk uji yang pertama dan untuk uji yang kedua ada 7 perlakuan yang diulang 3 kali.
Variabel pengamatannya meliputi : pengujian pertama adalah persentase penghambatan, pengujian kedua adalah lama penghambatan, diameter bercak, populasi khamir.Hasil penelitain menunjukkan bahwa patogen penyebab penyakit antraknosa pada apel adalah Colletotrichum gloeosporioides dengan adanya gejala bercak kecil berwarna kecoklatan yang lama-kelamaan akan meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Semua isolat khamir pada uji antagonis mampu menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit antraknosa dengan persentase penghambatan berturut-turut isolat Shizosaccharomyces sp. (19,09%), isolat campuran (23,05%) dan yang tertinggi dimiliki oleh isolat Debaryomyces sp. sebesar 24,26%. Isolat khamir dapat menurunkan diameter bercak penyebab penyakit antraknosa tertinggi yaitu pada perlakuan Debaryomyces sp. sebesar 27,69% pada apel pada uji potensi di buah.
1.2 Tujuan
            Untuk mengetahui jumlah, bentuk, dan warna koloni patogen dari komoditi buah yang diamati.


BAB 2. BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Timbangan
2. Preparat
3. Pinset
4. Laminari Air Flow
5. Mortar
6. Media PDA
2.1.2 Bahan
1. Apel
2. Pisang
3 Tomat
4. Jeruk
5. mentimun
2.2 Cara Kerja
1. Mengambil buah yang akan diteliti dan dibersihkan dengan air
2. Membuat pengenceran dari suspensi yang dikehendaki dengan menggunakan aquades steril
3. Menanamn dengan metode tuang (pour plate) masing – masing 3 cawan petri untuk setiap pengenceran (jumlah suspensi yang di inokulasikan tergantung dari kepekatan suspensi yang ada)
4. Di inkubasi pada suhu kamar selama 24 jam
5. Mengamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh dari setiap pengenceran. Pilihlah setiap cawan petri yang memenuhi syarat untuk perhitungan TPC. Tentukan jumlah mikro organisme per ml sample


BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
    Tabel pengamatan buah
No
Buah
Jumlah Koloni
Bentuk koloni
Warna koloni
1
tomat
315
bulat
kuning, putih
2
pisang
258
bulat
putih kecoklatan
3
apel
269
bulat
putih susu
4
jeruk
209
bulat
putih susu
5
timun
317
bulat
putih susu
3.2 Pembahasan
Pada tomat, jumalh koloni 315, bentuk koloni bulat, warna koloni kuning, putih. Pisang 258, bulat, putih kecoklatan. Apel 269, bulat, putih susu. Jeruk 209, bulat, putih susu. Timun 317, bulat, putih susu. Mikroorganisme pembusuk dapat tumbuh bila kondisinya memungkinkan seperti adanya pelukaan-pelukaan, kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dan sebagainya. Adanya mikroorganisme pembusuk pada buah dan sayuran adalah merupakan faktor pembatas utama di dalam memperpanjang masa simpan buah dan sayuran. Mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan susut pascapanen buah dan sayuran secara umum disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan produk tersebut masih dilapangan akibat adanya kerusakan mekanis selama operasi pemanenan, atau melalui kerusakan fisiologis akibat dari kondisi penyimpanan yang tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi jamur sedangkan pada sayur-sayuran lebih banyak diakibatkan oleh bakteri. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh pH yang rendah (kurang dari 4.5) atau keasamannya yang tinggi dibandingkan dengan sayuran yang pH nya rata-rata lebih besar dari 5.
Infeksi mikroorganisme terhadap produk dapat terjadi semasih buah dan sayuran tersebut tumbuh dilapangan, namun mikroorganisme tersebut tidak tumbuh dan berkembang, hanya berada di dalam jaringan. Bila kondisinya memungkinkan terutama setelah produk tersebut dipanen dan mengalami penanganan dan penyimpanan lebih lanjut, maka mikroorganisme tersebut segera dapat tumbuh dan berkembang dan menyebabkan pembusukan yang serius. Infeksi mikroorganisme di atas di namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme yang melakukan infeksi laten adalah Colletotrichum spp yang menyebabkan pembusukan pada buah mangga, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pada bagian permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru dilakukan bila ada pelukaan-pelukaan akibat operasi pemanenan, pasca panen dan pendistribusiannya.

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Buah dapat mengalami berbagai keruskan yang disebabklan bebrbagai patogen baik dari jenis bakteri maupun jamur.
2. Pengendalian yang tepat akan dapat mengurangi atau menkan kerugian akibat patogen.
3. Penanganan pasca panen akan mampu memberikan kemungkinan terbaik dalam upaya penguarngan kerugian akibat patogen

4.2 Saran
            Dalam praktikum, sebaiknya buah yang digunakan sesuai dengan kewtentuan agar patogen yang diharapkan dapat diamati dapat dengan mudah ditemukan dalam komnoditi trersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. An AVI Book, NY

Utama, I M.S. 2004. Prinsip Dasar da Permasalahan Pengembangan Teknologi Pascapanen Hortikulturan dan Usaha Perbaikannya. Makalah yang disampaikan pada Lokakarya Strategi Pengembangan Horticultura di Bali, CERETROF-UNUD, 30-31 Juli, 2004

Salunkhe, D. K. and Desai, B. B. 1984. Postharvest Biotechnology of Vegetables, Vol. II. CRC Press Inc., Florida

Semangun, H. 1996. Pengantar Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. YOGYAKARTA.

Ryall, A. L. and Lipton, W. J. 1972. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables, Vol. I: Vegetables and Melons. AVI Pub., Westport, Connecticut

Brown, G.E. 1989. Host defence at the wound site of harvested crops. Phytopath. 79 (12):1381-1384

Eckert, J.W. 1978. Pathological disease of fresh fruit and vegetables. In Postharvest Biology and Biotechnology. Hultin, H.O. and Miller, N (eds). Food and Nutrition Press, Westport, Connecticut:161-209





Tidak ada komentar:

Posting Komentar